Cerpen persahabatan sejati

Cerpen persahabatan sejati

Cerpen persahabatan sejati



Sejak kecil Lulu dan Natasya adalah sahabat dekat yang selalu bermain bersama. Mereka bertemu pada satu sekolah yang sama, saat itu usia mereka masih berumur 7 tahun, hari pertama sekolah dasar, Lulu menyapa Natasya dan mengajaknya duduk bersebelahan. Sejak hari itu pun mereka tidak pernah terpisahkan. Mereka sering belajar bersama juga.

Ayah Natasya adalah seorang pekerja yang mengharuskan dirinya untuk pergi dan menetap di Negara atau kota tertentu, saat ini keluarga Natasya tinggal di Surabaya, namun ia tidak pernah tahu kapan mereka akan pindah karena kadang pekerjaan itu datang tiba-tiba, bisa seminggu sebelum keberangkatan atau pun beberapa hari sebelum keberangkatan. Saat ini Natasya tinggal sudah satu tahun di Surabaya, sebelumnya Natasya tinggal di Jakarta.

Lulu adalah anak satu-satunya, orangtuanya sangat sibuk, jadi terkadang Lulu sering menginap di rumah Natasya. Lulu senang sekali saat ia bertemu Natasya, karena Lulu kerap merasa kesepian karena sering sendiri di rumah, namun kehadiran Natasya di hidupnya sangat merubah Lulu menjadi anak yang lebih bahagia.

Pada suatu hari saat Lulu dan Natasya sedang berada dalam kelas IPA, mereka sedang membicarakan pelajaran sampai akhirnya Natasya mengganti topik.
“Nat, kata ayahku, dia akan pindah kerja ke luar negeri.” Kata Natasya.
“Yang benar? Kapan?” Tanya Lulu dengan bingung.
“Aku tidak tahu kapan pastinya, namun tidak lama dari sebulan.” Jawab Natasya.

Setelah beberapa hari yang normal. Tiba suatu hari yang mereka sangat hindari, yaitu hari dimana Natasya harus berpisah dengan Lulu. Natasya pergi tanpa sepengetahuan Lulu, tanpa perpisahan. Lulu mencari keberadaan Natasya di hari Senin itu. Mereka tidak mempunyai telepon genggam karena mereka masih kelas 1 SD, jadi mereka tidak mempunyai jalur komunikasi untuk memberi kabar. Hari senin itu Lulu mencari Natasya namum dia tidak ada di sekolah. Lalu, Lulu menanyakan kabar Natasya lewat wali kelas Natasya, ternyata Lulu dikabarkan bahwa Natasya telah pergi mengikuti ayahnya yang harus kerja di luar negeri, Lulu tidak tahu pasti Natasya pergi kemana wali kelas Nat juga tidak tahu keberadaannya.

Bertahun-tahun telah terlewati, Lulu pun sudah lupa tentang Natasya, ia sudah kehilangan kontak dan kabar dari Natasya. Lulu akhirnya lulus SMA, ia sangat bahagia untuk meneruskan kuliahnya di Amerika. Lulu bercerita pada orangtuanya tentang keberangkatannya ke Amerika dalam kurun waktu yang tidak panjang.

“Aku sangat gugup, bu. Aku tidak tahu nanti di sana aku akan bagaimana. Tadi malam aku bermimpi tentang Natasya, mimpinya kurang jelas namun seperti saat dulu kita pertama bertemu.” Kata Lulu dengan bingung.
“Mungkin itu suatu pertanda, ya ibu tidak tahu sih. Kamu jangan khawatir, ini kan yang kamu inginkan dari dulu.” Jelas Ibu.
“Ya sudahlah, aku tidak akan memikirkan lagi. Hanya sebuah mimpi kan.” Kata Lulu

Lulu akan berangkat meraih cita-citanya esok hari. Ia sangat gugup namun juga senang karena bisa meneruskan kuliahnya di universitas favoritnya. Pikiran Lulu pun bercampur aduk.

Keesokannya Lulu diantar oleh beberapa sahabatnya dari SMA dan tentunya orangtuanya ke bandara. Lulu akan menetap di sana untuk beberapa tahun. Mereka semua bersedih karena akan berpisah dengan Lulu untuk waktu yang lama, apalagi Lulu adalah seorang yang sangat mudah dikangenin.

Sesampainya di Amerika, Lulu naik taksi untuk pergi ke universitas tersebut. Sesampainya di sana, banyak sekali murid-murid lainnya, mereka sedang sibuk mengurus kedatangan mereka dan lain hal. Mereka juga mendapatkan kamar mereka masing-masing di asrama.

Setelah Lulu selesai menguruskan urusan penting setelah kedatangan, Lulu mengambil kunci kamar asramanya untuk menaruh barang bawaannya. Dalam satu kamar terdapat dua orang, Lulu tidak tahu siapa yang akan menjadi teman sekamarnya. Di sana banyak sekali orang-orang dari berbagai macam Negara, termasuk dari Indonesia, Lulu bukanlah satu-satunya orang Indonesia di sana.

Lulu pun menemukan kamarnya, ia langsung membuka kamarnya dan merapikan barang-barangnya, memasukan baju ke lemari dan lain hal. Setelah beberapa menit membersihkan barangnya, teman sekamar ia pun datang.
“Hi, we’re going to be a roommate for 4 years, hope it’ll be fun! My name is Natasya.” Ujar teman sekamar itu.
“Hah! Natasya! aku Lulu ingat kah aku, dulu kita sering bermain bersama saat masih kecil!” Teriak Lulu yang kaget bahwa ia ternyata sekamar dengan Natasya.
“Yang benar saja! tentu aku ingat dengan kamu. Apa kabarnya Lu? Aku tidak menyangka kita dipertemukan di satu universitas yang sama!” Tanya Natasya yang masih tidak habis pikir.
“Aku baik-baik saja. Kita tidak pernah ada kabar lagi ya Nat, aku sangat kangen sama kamu. Mengapa waktu itu kamu tidak mengabarkan aku saat kamu ingin pergi? aku nyariin kamu seharian!” Tanya Lulu yang ingin tahu tentang alasan Natasya.
“Lu, aku ini tidak tahu kalau aku akan pergi pada hari itu dulu. Benar-benar mendadak, ayahku baru ngasih tahu hari itu! Lu aku masih tidak percaya. Maafin aku ya Lu dulu udah ninggalin kamu. Sekarang aku janji bakal ada bareng kamu terus selama kuliah ini!” Kata Natasya.
“Tentu Lu, aku maafin. Yang penting sekarang kita dipertemukan lagi ya. Oh ya, kita kan abis ini bakal ada acara hari pertama, ayo kita siap-siap ya Nat.” Kata Lulu
“Ok Lu!” Kata Natasya dengan singkat.

Mereka pun akhirnya dipertemukan lagi, dalam situasi yang tidak diduga sama sekali oleh mereka. Mereka pun akan melanjutkan meraih mimpi mereka bersama-sama. Karena sahabat sejati takkan terpisahkan.

Rayya berencana akan pergi jalan-jalan bersama Kirana, sahabatnya. Karena beberapa hari lagi, Rayya akan pindah rumah karena urusan pekerjaan Ayahnya. Rayya tidak mau membuat Kirana bersedih. Rayya ingin menghabiskan banyak waktu bersama Kirana.

Rayya segera bersiap-siap. Ia memakai baju lengan panjang warna ungu muda, rok panjang warna putih dan juga kerudung segitiga warna ungu motif kupu-kupu. Rayya membawa tas selempang yang diisinya dengan handphone, buku novel, dan sejumlah uang. “Bu, Aku mau keluar dulu ya” ucap Rayya. “Iya, sama Pak Adi ya?” tebak Ibu. “Iya Bu, nggak lama kok. Ya udah, Rayya berangkat dulu. Assalamualaikum” pamit Rayya. “Waalaikumsalam” jawab Ibu lembut.

“Mau ke mana Non?” tanya Pak Adi, sopir keluarga Rayya. “Mau jalan-jalan Pak. Tapi, ke rumah Kirana dulu” ujar Rayya. “Sipp deh” kata Pak Adi. Ketika Kirana sudah ada di dalam mobil. “Ke mana dulu Non?” tanya Pak Adi. “Ke Mall Sasha Kiki saja ya Pak” pinta Rayya. Pak Adi pun melajukan mobil menuju Mall Sasha Kiki. Selama perjalanan, Rayya dan Kirana asyik bercakap-cakap.

“Pak Adi tunggu sini aja yah” pesan Rayya. “Iya Non, nanti kalau nggak ada cari aja di parkiran” pesan Pak Adi. “Iya deh Pak” jawab Rayya. “Yuk kita masuk Ray” ajak Kirana semangat. “Ayuk!” balas Rayya. “Nanti kamu beli apa?” tanya Rayya antusias. “Aku mau beli alat lukis sama apa ya?” ucap Kirana sembari meletakkan jari telunjuknya di dagu. “Ha.. ha.. ha..” Rayya tertawa. “ke sana yuk” ajak Kirana seraya menarik tangan Rayya.

Dua jam lamanya mereka berbelanja. Rayya membeli kerudung pashmina, buku komik, dan sepatu (berbentuk seperti sepatu balet) warna cokelat tua. Kirana membeli satu paket alat lukis, jaket warna biru langit, bandana warna hijau muda dengan hiasan bintang di pinggirannya, dan sebuah kacamata.
“Eh Ray, aku lapar nih” rengek Kirana. “Iya, aku juga” keluh Rayya. “Kita beli makanan di situ yuk” ucap Kirana sambil menunjuk ke sebuah kedai yang ada dalam Mall yang bernama ‘Hungry Daze’. “kamu masih punya cukup uang?” tanya Rayya. “iya masih, emangnya kamu gak punya?” Kirana bertanya balik. “masih banyak kok, yuk cepetan ke sana!” ajak Rayya yang sudah tak sabar.

Rayya dan Kirana ada di meja nomor empat belas. “mau pesan apa dek?” tanya seorang pelayan bernama Mbak Vita (ada di saku bajunya). “Burger saus sambal satu, pudding cokelat satu, minumnya jus alpukat” pesan Rayya. “Adek yang satunya lagi?” tanya Mbak Vita lagi. “Ayam goreng pedas plus nasinya satu, dessertnya Coconut Ice cream, dan minumnya milkshake rasa bubble gum” jelas Kirana panjang lebar. “Oke, tunggu sepuluh menit ya” ucap Mbak Vita ramah. “Ng.., kamu bisa ketemuan nggak?, lusa di rumahku?” tanya Rayya sedikit ragu. “iya boleh, ada apa?”. “nggak ada apa-apa, kamu bisa bawa sesuatu untukku?”. “Tentu saja bisa, memangnya ada apa sih Ray?, jujur saja sama aku” paksa Kirana. “Intinya, kamu harus datang dan bawa sesuatu. Itu untuk kenang..” Ups!, Rayya keceplosan. “Eh, pesanannya sudah datang!” Rayya mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Kirana akhirnya melupakan itu dan fokus pada makanannya. Dasar Kirana!.

“Allahu akbar.. Allahu akbar…” suara adzan subuh berkumandang. Rayya segera bangun dari tidurnya. Ia bergegas mengambil air wudlu dan sholat subuh berjamaah di musholla. Selesai sholat subuh, Rayya membantu Ibu memasak. Setelah itu, Rayya mandi dan lekas memakai seragamnya.

“Nak, jangan lupa ya!, kemasi barang-barangmu nanti malam!” nasihat Ibu. “Iya bu,” jawab Rayya patuh. “Rayya berangkat dulu, Assalamualaikum”. “Waalaikumsalam,”.

Kringg.. Kringgg… Kriingg..
Bel masuk telah berbunyi. Rayya dan Kirana masuk ke kelas masing-masing. Rayya kelas lima-A dan Kirana kelas lima-B. Tak lama, Bu Aminah (guru kelas Rayya) memasuki kelas. “Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh…” koor anak-anak. “Waalaikumsalam” jawab Bu Aminah singkat. “Anak-anak, tak lama lagi teman kalian akan ada yang pindah” ucap Bu Aminah dengan nada sedih. “Siapa Bu?” tanya Pipit. “Teman kita Rayya” ucap Bu Aminah. “Rayya, ayo maju ke depan” perintah Bu Aminah. Bu Aminah memberi sebuah kado sebagai kenang-kenangan. Teman-teman Rayya sangat sedih. Mereka berpelukan sebagai tanda perpisahan. “Baiklah, Anak-anak ayo mulai pelajaran hari ini, buka buku paket matematika halaman 176 ya” jelas Bu Aminah mencoba menghilangkan kesedihan. “Baik Bu” jawab Anak-anak lesu.

Sepulang sekolah, Rayya segera ganti baju. Rayya akan membeli sebuah kado untuk Kirana. Rayya menaiki sepedanya. Jarak antara rumah Rayya dan Toko tersebut tidak terlalu jauh. Sesampainya di sana, Rayya segera memarkirkan sepedanya.

‘Kling,’ bunyi lonceng yang dipasang di pintu toko pertanda ada pembeli masuk. “hmm.., apa ya?” gumam Rayya. Matanya tertuju pada sebuah buku diary biru tua bergambar dua orang anak berjilbab yang sedang bergandengan tangan. Pas sekali. Dua orang anak itu, Rayya dan Kirana. Dan Kirana sangat suka sekali warna biru tua. Rayya mengambil buku diary tersebut. Lalu, Ia segera berjalan melihat-lihat, sekiranya kado apa lagi yang pas untuk Kirana. “Wih, pasti Kirana suka. Kan katanya Ia mau membeli ini tapi uang tabungannya belum cukup” sorak Rayya dalam hati. Rayya pun memasukkan jam tangan putih dengan kaca berbentuk love dan jarum jam berwarna ungu itu. “apa lagi ya?” Rayya berbicara sendiri. Rayya melihat boneka teddy bear kembar warna cokelat tua dan cokelat muda. Rayya melihat harga yang tertera Rp 15.000,- “hmm.., tidak cukup mahal” gumam Rayya. Boneka kembar itu sudah ada di tangan. Terakhir, Rayya menuju counter kartu ucapan. “mas, yang ini saja ya” ucap Rayya sembari memegang kartu ucapan warna biru tua bergambar kupu-kupu. “empat ribu rupiah” ujar Mas Aldi, penjaga counter. Rayya memang sudah akrab dengan petugas toko. Karena pemilik toko tersebut adalah tetangganya sendiri, Om Hans. “Oya, sekalian aku pilih kertas kado juga. Gambar emoticon warna pink itu aja” kata Rayya seraya menunjuk-nunjuk. “dibungkus di sini?, pake pita?, kartu ucapannya dimasukkan?” berondong Mas Aldi. “iya deh, pake pita merah, dan pinjam pulpen buat nulis kartu ucapannya” celoteh Rayya.

Ting tong.. Ting tong..
Rayya menekan bel rumah Kirana. “Eh, Rayya!, ada apa?, masuk dulu yuk” ujar Kirana. “Nggak usah Kiran, aku cuma mau kasih ini aja kok” jelas Rayya sambil menyerahkan kadonya. “Wow, terima kasih Ray, aku juga punya sesuatu untuk kamu loh” kata Kirana sambil ngeloyor masuk ke dalam rumahnya. Sesaat kemudian, Kirana muncul. “ini..” ucap Kirana seraya menyerahkan sebuah kado kecil. “terima kasih Kiran, Aku pulang dulu ya, keburu dicariin Ibu” Rayya sedikit berbohong. “Baiklah, Dahhh…”. “Dahh..”.

“cepetan Ray” ingat Kak Nay, kakak kandung Rayya. Nama lengkapnya Nayya Puspitasari. Nay panggilannya. “Iya Kak, ” tanggap Rayya. Rayya segera masuk ke dalam mobil.

Dua puluh menit kemudian….
Rayya sudah sampai di bandara. Jam keberangkatan hanya tinggal empat puluh lima menit lagi. “Duh, masa Kirana lupa sih” gumam Rayya cemas sambil memandangi jam tangannya. “Rayya!!” teriak seseorang. Akhirnya, suara yang diharapkannya tiba. “Kirana!, kukira kamu tidak datang” ucap Rayya sambil menggenggam erat tangan Kirana seolah tak mau kehilangan Kirana. “mana mungkin Aku tidak datang” canda Kirana. “Aku tidak ingin berpisah denganmu Kiran” ucap Rayya sedih.

“Tak apa, kita bisa SMS, WA, dan lainnya. Oya, Aku punya sesuatu. Ini bisa jadi kenang-kenangan” jelas Kirana sambil mengeluarkan dua buah kalung liontin yang berliontin love bergambar foto mereka. Untuk Rayya bergambar Kirana. Dan untuk Kirana bergambar foto Rayya. “Terima kasih Kiran, Aku pasti akan selalu mengingatmu” kata Rayya. “Aku juga” balas Kirana. “UNTUK PENUMPANG PESAWAT GARUDA E227 HARAP SEGERA MASUK”. “Ayo Rayya!” ajak Ibu dan Kak Nay. “Sampai jumpa Kiran”. Kirana hanya membalasnya dengan senyum perpisahan dan lambaian tangan.
BACA JUGA

BAGIKAN INI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

X CLOSE
Advertisements
X CLOSE
Advertisements